Jumat, 18 Juli 2014

Semua Tak Lagi Sama



Semua tak lagi sama ...
Pergi dan hilang
Entah kemana
Tak ada arah
Tak ada jejak

Menyusuri lorong ini
Aku ingat
Dulu kau berjanji
Tak kan ada perpisahan
Tapi ...
Kini berbeda
Kau kesana
Dan aku ...
Aku masih di lorong ini
Mencari senyuman
Mencari janji kita
Yang hilang diterpa angin
Semua tak lagi sama
Berjalan sendiri
Tanpa genggamanmu

Semua tak lagi sama
Sendiri ...
Berdiri di lorong ini

Sabtu, 18 Januari 2014

TARIAN BUMI KARYA OKA RUSMINI



Judul               : Tarian Bumi
Penulis             : Oka Rusmini
Penerbit           : PT Gramedia Pustaka Utama

Cetakan           : Cetakan pertama: Juli 2007
                          Cetakan kedua: Juni 2013
Tebal               : 182 hlm        

           Dalam novel “Tarian Bumi” menggunakan sistem perkastaan. Setiap daerah memiliki sistem perkastaan yang berbeda-beda, sering juga namanya sama hanya maknanya yang berbeda. Di novel ini menggunakan sistem perkastaan masyarakat Bali. Sistem perkastaan ini sudah tertanam dalam sanubari dari diri mereka yang paling dasar sejak kecil. Tidak dibahas membenarkan ataupun menyalahgunakan sistem perkastaan hanya bagaimana ini berdampak tergantung kepada individu.
           Tarian bumi merupakan novel yang berlatarkan kebudayaan Bali yang dikisahkan oleh tokoh seorang wanita. Banyak tokoh wanita yang ada di novel ini seperti Telaga, Jero Kenanga, Luh Sadri, Ida Ayu Sagra Pidada, Luh Kramben dan masih banyak yang lainnya. Pembagian sistem kasta tersebut bersumber pada agama Hindhu, seperti brahmana, ksatriya, waisya, dan sudra. Telaga merupakan tokoh keturunan kebangsawanan, yaitu ayahnya yang merupakan golongan kasta brahmana dan ibunya keturunan dari kasta sudra. Sejak kecil telaga sangat membenci ayahnya, karna sosok ayahnya hanya membanggakan kebangsawanannya dan kelelakiannya.
           Akibat status sosialnya, Telaga mengalami jalan terjal percintaannya. Telaga mencintai seorang lelaki dari kasta sudra yaitu Wayan Sasmitha. Karena terhalang oleh adat istiadat kaum brahmana, wanita brahmana tidak boleh menikah dengan lelaki sudra. Namun telaga teta melawan arus, “kenapa lelaki brahmana boleh menikahi kaum sudra ? bukankah itu aib bagi perempuan brahmana bila bersuami sudra ?” itulah kalimat yang dilontarkan oleh Telaga.


                           LATAR    :
Latar tempat yang ada di novel “Tarian Bumi” terjadi di daerah Bali. Dapat dilihat beberapa tokoh menyebutkan tempat dibali, sistem perkastaan yang ada di bali dan bahas-bahasa yang digunakan saat berdialog. Yang dibuktikan dalam kutipan tersebut : “sudah tugeg siapkan baju untuk melihat upacar perkawinan di griya sanut ? coba meme liat, harus serasi.....” (hlm 136)
Tugeg yang berarti singkatan untuk ratu jegeg yang merupakan sebutan untuk gadis yang keturunan kasta Brahmna. Sedangkan griya sebutan untuk tempat tinggal kaum Bali untuk kasta Brahmana.

Dan akhirnya Telaga memutuskan untuk menikah dengan Wayan Ssmitha dan hodup dirumah suaminya yang miskin. Telaga biasa hidup dengan harta yang mewah dan perhoasaan, namun kini ia hidu dengan kesederhanaan dan harus menyesuaikan diri dengan kaum sudra yang hidupnya identik dengan kemiskinan.
Tarian Bumi juga menceritakan struktur sosial masyarakat bali yang hidup dengan sistem pengkastaan dan terkadang menimbulkan masalah sosial. Konflik yang terjadi di novel “Tarian Bumi” ialah masalah perbedaan latar belakang tokoh yang menimbulkan perbenturan kelompok sosial berdasrkan pembagian kasta masyarakat Bali. Perbenturan itu disebabkan oleh adanya peraturan yang mengikat warga Bali dalam memperlakukan seseorang sesuai dengan kedudukan dalam masyarakat. Perbedaan ini berkaitan dengan pergaulan, bahasa, pernikahan, gelar sosial dan lain sebagainya. Dalam masyarakat Bali kasta tertinggi ialah kasta Brahmana, kasta Brahmana adalah kasta yang dihargai dan dihormati oleh semua masyarakat.
Setalah Telaga menikah dengan Wayan Samitha, kastanya berubah mengikuti suaminya menjadi kasta sudra. Karena sesorang yang sudah menikah harus menuruti keluarga suaminya. Maka Telaga harus mengikuti upacar Patiwangi agar diterima menjadi perempuan sudra. Pati yang berarti mati dan wangi yang berarti harum. Telaga tidak boleh memkai nama Ida Ayu lagi, karena Telaga sekarang menjadi perempuan sudra, jika masih dipakai nama Ida Ayu maka akan membawa kesialan bagi orang lain


                  KESIMPULAN      :
Pada novel “Tarian Bumi” yang merupakan cerminan dari situasi budaya di mana pengarang berada. Ia melukiskan ketimpangan jender atau keturunan melalui tokoh utama, yaitu Telaga. Di novel ini juga dibuktikan bahwa perempuan juga memiliki mimpi yang sama dari kaum lelaki segai makhluk tuhan. Disini tidak ada perbedaan antara kaum lelaki dengan kaum perempuan.
Persoalan di novel ini yaitu sistem sosial dan kebudayaan dengan adanya sistem perkastaan. Seseorang lelaki berkasta brahmana boleh menikahi seorang perempuan berkasta sudra, namun sebaliknya mengapa perempuan brahmana tidak boleh menikahi seorang lelaki  dari kaum sudra, dinovel ini juga dibahas permasalahan perbedaan jender dan kasta. Pada akhirnya harus membuka mata terhadap perbedaan jender atau keterunan.

Kamis, 09 Januari 2014

Tanah Air Mata Karya Sutardji Calzoum Bachri


Tanah airmata tanah tumpah dukaku
mata air airmata kami
airmata tanah air kami
di sinilah kami berdiri
menyanyikan airmata kami
di balik gembur subur tanahmu
kami simpan perih kami
di balik etalase megah gedung-gedungmu
kami coba sembunyikan derita kami
kami coba simpan nestapa
kami coba kuburkan duka lara
tapi perih tak bisa sembunyi
ia merebak kemana-mana
bumi memang tak sebatas pandang
dan udara luas menunggu
namun kalian takkan bisa menyingkir
ke manapun melangkah
kalian pijak airmata kami
ke manapun terbang
kalian kan hinggap di air mata kami
ke manapun berlayar
kalian arungi airmata kami
kalian sudah terkepung
takkan bisa mengelak
takkan bisa ke mana pergi
menyerahlah pada kedalaman air mata


Analisis :
Puisi karya Sutardji Calzoum Bachri  mengandung unsur estetis/keindahan dari kata "AIR MATA". Kata ini menggambarkan keadaan bangsa indonesia yang sering meneteskan air mata. Puisi ini diciptakan untuk menguak kenyataan yang terjadi pada masyarakat kecil yang tak berdaya. kehidupan masyarakat kecil yang tertindas oleh pengusa-penguasa.

Menurut saya Sutardji Calzoum Bachri menggunakan majas dalam penulisan puisi tersebut.Puisi ini menggambarkan kehidupan rakyat kecil yang hidup di daerah penguasa yang tertindas karena para penguasa yang memakan uang rakyat, hingga hidup masyarakat kecil yang dibawah.

Selasa, 07 Januari 2014

Kalau CINTA

Kalau cinta mampu berbicara
Mungkin sulam rindu yang kuberi
Mampu kau pahami butirnya

Kalau cinta mampu bernada
Mungkin pedih yang melarat
Bisa kau sekat dari hadirnya


Kalau cinta itu santun kata
Maka biarkan kita berpantun
Dengan madah penuh tanda tanya

Dan

Kalau cinta itu adalah luka
Maka biar kering segalanya
Hingga tinggal perut tak tersisisa

Minggu, 22 Desember 2013

"HIJRAH SEMAR" Bersama Pak Budi



Pada pertemuan kemarin di acara “SEMAR HIJRAH” Pak Budi sebagai narasumbernya. Pada pertemuan itu membahas :



1.    Bagaimana cara memunculkan/mengembangkan ide-ide




Ide bisa muncul dari mana saja. Misalkan kita berada di  dalam kelas, banyak ide yang mucul misal kursi terbalik, meja bertumpuk-tumpuk dan yang lainnya. banyak ide muncul darimana saja, namun kita yang sulit mengembakan ide tersebut.




2.    Bagaimana cara mengakhiri sebuah cerpen ?




Sebagian besar kita sulit mengakhiri sebuah cerita, sulit menentukan endingnya jadinya tidak seperti cerpen melainkan novel.




3.    Arti dari nama “SEMAR HIJRAH” ? mengapa mengambil nama tersebut ?




Pada waktu itu Pak Budi datang di rumah orang yang akan menunaikan ibadah haji ke tanah suci, pak budi berpikir “orang islam berhijrah ke mekkah atau berjalan-jalan di mekkah”. Akhirnya nama hijrah diambil dari istilah tersebut. Pak budi bejalan-jalan dari sekolah ke sekolah.




 




Sebelum beliau menjadi tokoh terkenal seperti saat ini, keadaan ekonomi beliau berkecukupan. Motivasi beliau adalah beliau menulis cerpen,puisi ataupun yang lain, lalu dikirim ke sebuah majalh, koran. Dari situlah beliau menjadi tokoh terkenal seperti saat ini.

Di Sandaran Bunda








Bunda. . .
Engkaulah bidadari dalam hidupku
Tak ada seorang pun yang bisa menggantikanmu
Jiwa dan ragamu telah melekat dirusukku
Wahai bunda. . .
 Dengarkanlah jeritan anak-anakmu
Dengarkanlah tawaan anak-anakmu

Minggu, 25 Agustus 2013


Lirik lagu ayah seventeen
Engkaulah nafasku
yang menjaga di dalam hidupku
kau ajarkan aku menjadi yang terbaik
kau tak pernah lelah
s’bagai penopang dalam hidupku
kau berikan aku semua yang terindah
Aku hanya memanggilmu ayah
disaat ku kehilangan arah
aku hanya mengingatmu ayah
jika aku tlah jauh darimu
Analisis :
1.       Alian                      : Realisme yaitu beradasrkan kehidupan nyata, kehidupan nyata.seperti kalimat berikut : ‘aku hanya memanggilmu ayah, disaat ku kehilangan arah’ maksudnya : anak tersebut akan memanggil ayahnya disaat dia itu kehilangan arah atau sifat dan tingkah lakunya tidak baik.
2.       Persamaan         : persamaan dari lirik lagu ayah dengan puisi ayah karya holy adip yaitu isi dari kedua karya tersebut tentang seorang ayah yang mendidik anaknya dari kecil hingga dewasa dan setelah ayahnya tua dia yang mendidik ayahnya dimanapun anak itu berada selalu mengingat anaknya.
3.       Perbedaan          : pada lagu ayah dari seventeen tidak menggunakan kata yang berlebihan atau yang bermakna kiasan. Pada lagu tersebut menggunakan kata-kata yang sesunggunya yang mudah dipahami oleh semua orang. Sedangkan pada puisi ayah karya holy adip pengarang menggunakan kata-kata  yang indah sehingga orang awam sulit memahami makna tersebut.
4.       Majas                    : Tidak ada majsnya karena menggunakan kat-kata yang mudah dimengerti oleh semua orang dan pemilihan katanya sederhana.

Puisi ayah karya holy adib
Aku ingin jadi yang pertama yag selalu memberi cahaya untukmu
sebelum matahari bangun lalu turun ke atas daun-daun
Aku ingin lebih dahulu mengucapkan selamat pagi padamu
sebelum suara burung0burung bernyanyi tentang hari baru
Tak ku biarkan udara pagi masuk ke paru-parumu
sebelum udara pengabdianku mengitari tempat tidurmu
Biarlah aku wahai ayah yang kini jadi tanganmu untuk menjinjing dunia
waktumu berhenti menggali tanah dan enguak langit sudah tiba
Kini giliranku berdidi di pintu rumah
menjaga keluarga sembari belajar menjadi dewa
Analisis :
1.       Aliran                    : simbolisme yaitu pada kata-kata tersebut menggunakan kata kiasan. Seperti pada kalimat berikut : ‘biarlah aku wahai ayah yang kini jadi tanganmu untuk menjinjing dunia’ maksudnya ;aku yang akan menjadi tulang punggung keluarga
2.       Persamaan         : persamaan dari lirik lagu ayah dengan puisi ayah karya holy adip yaitu isi dari kedua karya tersebut tentang seorang ayah yang mendidik anaknya dari kecil hingga dewasa dan setelah ayahnya tua dia yang mendidik ayahnya dimanapun anak itu berada selalu mengingat anaknya.
3.       Perbedaan          : pada lagu ayah dari seventeen tidak menggunakan kata yang berlebihan atau yang bermakna kiasan. Pada lagu tersebut menggunakan kata-kata yang sesunggunya yang mudah dipahami oleh semua orang. Sedangkan pada puisi ayah karya holy adip pengarang menggunakan kata-kata  yang indah sehingga orang awam sulit memahami makna tersebut.
Majas                    :  1. Majas personifikasi yaitu yang melebihkan-lebihkan sesuatu atau benda mati menjadi benda hidup, contoh : sebelum matahari bangun lalu turun ke atas daun-daun, artinya sebelum pagi datang atau senja tiba.